Jumat, 07 Maret 2008

Mitos Seks dan Kesehatan Seksual



Bila mendengar kata seks disebutkan, biasanya akan timbul respon dan ekspresi yang bervariasi dari masing-masing individu. Ya, seks memang sesuatu hal yang selalu menarik untuk dibahas dan dibicarakan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa seks adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

Walaupun termasuk kebutuhan dasar, bukan berarti semua orang mau membicarakannya secara terbuka dan terang-terangan, sebab tidak sedikit masyarakat yang menanggap seks adalah sesuatu yang sangat pribadi dan tabu untuk dibicarakan. Disisi lain banyak orang yang penasaran dan haus informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan seksualitas. Rasa keingintahuan yang besar ini mendorong masyarakat untuk mencari informasi dari berbagai sumber, baik itu dari teman-teman dekat maupun dari media-media lain. Sayangnya informasi yang didapat tidak selalu benar dan dapat dipertanggung jawabkan, malah kadang-kadang menyesatkan.

Gawatnya lagi bila informasi yang salah tersebut mulai diyakini dan selalu menjadi rujukan, hingga akhirnya mempengaruhi sikap dan perilaku seksual. Informasi-informasi yang salah mengenai seks inilah yang akhirnya mencetuskan timbulnya mitos-mitos seks, yang kebenarannya sangat diragukan. Mitos adalah informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar, yang telah diyakini, beredar dan populer dimasyarakat. Mitos cepat sekali berkembang di masyarakat, padahal kebenarannya masih dipertanyakan dan sering tidak akurat atau tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Banyak masyarakat yang percaya kepada mitos karena mereka sulit mendapatkan informasi yang akurat dan biasanya malas untuk mencari serta mendapatkan informasi yang benar, oleh sebab itu mereka dengan mudahnya menelan mentah-mentah segala informasi yang sifatnya desas-desus atau gosip semata.

Sebenarnya mitos seks secara tidak langsung berhubungan dengan kesehatan seksual, sebab orang-orang yang meragukan kebenaran dari mitos seks akan berupaya mencari kebenaran yang sesungguhnya. Setelah mendapatkan keterangan atau pengetahuan yang sebenarnya, maka orang tersebut secara otomatis akan mengetahui tentang kesehatan seksual, dimana kesehatan seksual itu mengandung pengertian” kemampuan untuk menikmati dan mengungkapkan seksualitas kita yang bebas dari resiko terkena penyakit, kehamilan yang tidak diinginkan, paksaan, kekerasan dan diskriminasi”.

Mitos seks sering kali menempatkan pria sebagai kaum yang memiliki kelebihan dalam urusan seks dibandingkan wanita, ketidaksetaraan gender ini membentuk asumsi bahwa wanita hanyalah obyek seksual saja, yang fungsinya hanya memuaskan kaum pria. Pendapat yang salah ini membuat banyak wanita berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara agar selalu dapat melayani dan lebih memuaskan pria/suaminya. Ketidaksetaraan gender dalam mitos seks juga berdampak pada pria, karena dianggap lebih expert/ahli dari wanita maka secara tidak langsung pria merasa dituntut untuk selalu lebih ahli dalam urusan seks, akibatnya bila hubungan/aktivitas seksualnya tidak seperti yang diharapkan, maka pria tersebut akan mati-matian berupaya untuk memperbaikinya, bahkan sering kali dengan menggunakan cara-cara yang irasional yang dapat membahayakan dirinya sendiri, seperti mengkonsumsi obat-obatan untuk memperbesar penis atau mengkonsumsi obat-obatan untuk menambah keperkasaan.

Masyarakat juga sering beranggapan bahwa seksualitas perempuan dan pria berbeda, padahal anggapan seperti itu tidaklah benar. Sebenarnya dorongan seks wanita sama dengan dorongan seks pria, hal tersebut dipengaruhi oleh hormon seks, faktor psikis, rangsangan seksual yang diterima, keadaan kesehatan tubuh, dan pengalaman seksual yang sebelumnya. Wanita dan pria mengalami reaksi seksual yang menimbulkan perubahan baik secara fisik maupun psikis, yang mencapai puncaknya dalam bentuk orgasme. Reaksi seksual secara fisik tidak hanya terjadi pada kelamin , melainkan juga pada bagian tubuh yang lain. Secara psikis , baik wanita atau pria mengalami sensasi erotik yang sama selama terjadi reaksi seksual. Perlu diketahui pula bahwa baik pria maupun wanita dapat mengalami barbagai gangguan fungsi seksual oleh sebab-sebab tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka jelaslah bawa baik pria maupun wanita mempunyai peranan yang sama didalam kehidupan seksual. Perbedaan yang nyata antara pria dan wanita adalah perbedaan bentuk anatomi kelamin. Perbedaan bentuk anatomi tersebut yang antara lain dapat menjadi penyebab mengapa pria hampir selalu dapat mencapai orgasme setiap kali hubungan seksual, sementara beberapa wanita mengatakan sulit mencapai orgasme. Dahulu diyakini bahwa terjadinya ejakulasi merupakan perbedaan antara seksualitas wanita dan pria, tetapi ternyata wanita juga mengalami ejakulasi walaupun bukan sperma yang dikeluarkan seperti pada pria. Hal tersebut dikenal dengan female ejaculation.

Kembali ke mitos seks yang ternyata tidak hanya melanda wanita tetapi juga pria, maka akan kita cermati mitos-mitos tersebut satu-persatu beserta fakta yang sebenarnya. Mitos-mitos seks yang banyak beredar di masyarakat antara lain :

Mitos seks tentang pria

1. Penis besar menentukan kenikmatan

Mitos ukuran penis besar menentukan kenikmatan seksual sangat popular di masyarakat. Informasi yang salah ini beranggapan bahwa semakin besar penis akan semakin nikmat. Akibatnya banyak pria yang merasa penisnya kecil menjadi malu, kurang percaya diri , bahkan takut untuk berhubungan seksual hingga tidak mampu melakukannya. Padahal besar kecilnya penis tidak berkaitan dengan potensi seksual seseorang dan tidak menjamin meningkatkan kepuasan seksual. Sebenarnya kepuasan seksual wanita tidak ditentukan dari besar kecilnya penis, melainkan oleh kemampuan penis untuk ereksi, kemampuannya mengontrol ejakulasi dan komunikasi yang baik antara suami-isteri. Sayangnya masih saja banyak pria yang percaya dengan mitos ukuran penis ini, sehingga banyak dari mereka yang berupaya untuk membesarkan penisnya dengan berbagai macam cara, bahkan dengan cara yang tidak ilmiah dan berbahaya bagi kesehatan. Apalagi dengan menjamurnya berbagai iklan yang mempromosikan terapi-terapi alternatif membesarkan penis, yang sebenarnya hanya janji surga belaka. Sebagai contoh penyuntikan silicon pada penis yang hanya akan merusak jaringan pembuluh darah disekitarnya, yang akibatnya malah terjadi disfungsi ereksi/impotensi.

2. Masturbasi/onani pada pria dapat menyebabkan kemandulan, ejakulasi dini, impotensi, rambut rontok dan lutut keropos.

Masturbasi biasanya dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, misalnya belum memiliki pasangan atau ketika jauh dari pasangan, sementara hasrat seksual sedang mengebu. Sejumlah kalangan agama ada yang mengharamkannya, tetapi ada sebagian kalangan yang memperbolehkannya. Yang jelas, secara ilmiah masturbasi tidak ada hubungannya dengan kemandulan, ejakulasi dini, impotensi, rambut rontok atau lutut keropos. Tetapi frekusensi masturbasi yang terlalu sering kurang baik dampaknya, sebab dapat mengurangi produktivitas.

3. Kepuasan hubungan intim tergantung pada pria

Pria dan wanita sama-sama mempunyai peran dalam suatu hubungan seksual karena dalam hubungan seksual melibatkan keduanya baik pria maupun wanita. Oleh karena itu keduanya harus sama-sama terpuaskan. Anggapan bahwa kepuasan hubungan intim tergantung dari kepiawaian pria tidaklah benar, karena sebuah hubungan akan menjadi seru dan lebih mengasyikan bila kedua belah pihak sama-sama cerdas, pintar dan bisa mengimbangi lawannya di atas ranjang.

4. Multi orgasme hanya milik wanita saja

Pada pria, orgasme terjadi bersamaan dengan ejakulasi , sehingga banyak yang beranggapan bahwa kenikmatan seksual dirasakan karena sperma dikeluarkan,padahal kenikmatan seksual yang dirasakan itulah yang disebut orgasme. Sama seperti wanita, pria juga bisa mengalami multi orgasme yaitu dengan latihan mengontrol untuk menunda ejakulasi. Memang memerlukan waktu untuk latihan, tetapi tidak ada pengaruh buruk akibat menahan ejakulasi.

5. Pria yang telah di vasektomi akan kehilangan libido/nafsu seksualnya

Pria yang telah di vasektomi tidak akan kehilangan nafsu seksualnya, sebab pada vasektomi testis/buah zakar tidak dibuang dan tidak dilukai, sehingga testis tetap memproduksi sperma dan hormon testosteron yaitu hormon yang berfungsi sebagai pemberi sifat jantan pada pria dan juga untuk libido. Vasektomi berbeda dengan kebiri, dimana pada kebiri kedua testis dibuang.

Mitos seks tentang wanita

1. Vagina Kering
Normalnya seorang wanita yang mengalami rangsangan seksual memberikan reaksi seksual berupa keluarnya cairan/lendir dari dinding vagina, cairan ini berfungsi sebagai lubrikan/pelicin. Bila vagina wanita masih kering berarti dia belum mengalami reaksi seksual dan belum siap untuk berhubungan seksual. Bila dalam keadaan demikian hubungan seksual tetap dilakukan juga, maka akan terjadi gangguan rasa nyeri pada pria maupun wanita, yang selanjutnya dapat terjadi lecet, luka dan peradangan vagina. Jadi mitos seks tentang vagina kering dapat memberikan kepuasan yang lebih, adalah tidak benar. Sehingga sangat disayangkan bila para pria meminta pasangannya untuk membuat vaginannya agar selalu kering.

2. Perawan harus mengeluarkan darah

Mitos mengenai perawan yang harus mengeluarkan darah ketika pertama kali berhubungan sebenarnya timbul karena pada jaman dahulu perempuan hanya dianggap sebagai obyek seksual oleh pria. Sehingga ketika melakukan hubungan seks biasanya wanita dalam keadaan tidak terangsang atau tidak siap, dan sering kali hungan seksual terjadi dalam keadaan terpaksa. Akibatnya terjadilah robekan pada kelamin yang menyebabkan perdarahan. Padahal bila dalam keadaan terangsang dan siap maka wanita dapat melakukan hubungan seksual dengan lancar tanpa rasa nyeri dan tanpa perdarahan.

3. Seks tidak mungkin lagi setelah menopause

Sebuah riset mengatakan bahwa wanita justru lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan orgasme dibandingkan sebelum menopause dan lebih besar kemungkinannya mendapatkan multiorgasme setelah masa menopause. Hal tersebut dikarenakan setelah menopause wanita cendrung lebih bisa mengenyahkan kekhawatiran akan terjadinya kehamilan, wanita diatas 50 tahun telah memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai dalam berhubungan, sebagian besar telah mengenal dengan baik pola permainan pasangannya ketika berhubungan. Kenikmatan melakukan seks setelah menopause juga akan bertambah bila suami menggunakan kondom, sebab pada wanita menopause sekresi/produksi cairan vagina biasanya menjadi berkurang akibatnya wanita sering merasa nyeri saat berhubungan seksual. Kondisi tersebut akan berbeda bila suami mau menggunakan kondom, sebab lubrikan/pelicin yang ada pada kondom akan membantu kondisi tersebut.

Mungkin sebagian besar dari kita sudah pernah mendengar atau mungkin malah sudah meyakini mitos-mitos seksual diatas. Memang tidak mudah untuk menepis mitos-mitos tersebut apalagi bila mitos tersebut sudah turun menurun dari generasi ke generasi berikutnya. Pemahaman konsep-konsep dasar kesehatan seksual akan memberikan pemahaman yang benar tentang berbagai hal yang terkait dengan seksualitas sehingga akan mampu meluruskan anggapan-anggapan yang salah tentang seksual termasuk mitos seks . (Dr.Sheilla)

Sumber : - Rahasia Di Balik Keperkasaan Pria- Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro Ph.D.,Sp. And dan Annie Sri Murtiani.
- Mitos Sex-Djoko Subinarto dari situ http://pikas.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=66

Tidak ada komentar: