Senin, 27 Mei 2024

Dipotong untuk Penerimaan

Custom Search

Dipotong untuk Penerimaan


Alung, tinggal di lingkungan Muslim sejak lahir, meskipn mereka satu-satu keluarga Buddha di lingkungan tersebut. Pada masa kanak-kanak, dia tidaklah terlalu merasa berbeda dengan temen-temen sepermainannya. 


Hal yang membuat dia merasa berbeda adalah ketika teman-temannya yang beragama Islam, satu persatu dari mereka dikhitan. Apalagi sejak teman-teman sebayaknya sudah semuanya dikhitan, dia mulai menjauh dari teman-temannya, dan lebih banyak dia di rumah dengan menonton televisi atau belajar.  


Sebelumnya, jika mereka mandi di sungai, seperti anak-anak kampung lainnya, mereka tanpa malu-malu berenang tanpa mengenakan pakaian apapun, agar ketika pulang tidak ketahuan orang tua bahwa mereka mandi disungai. Jadi baju dan celana mereka tetap dalam keadaan kering saat pulang ke rumah


Namun dengan bertambahnya usia, perlahan satu per satu teman-temannya dikhitan, dan saat itulah ejekan demi ejekan Alung terima, awalnya biasa saja, karena masih ada teman-temannya yang juga belum dikhitan dan mendapat ejekan juga, jadi dia tidak merasa sendiri. Namun, pada akhirnya tinggal dia seorang yang tidak dikhitan, karena memang tidak ada kewajiban dan budaya yang mewajibkannya untuk dikhitan.


Alung, paham akan perbedaan tersebut, maka dari itu dia menarik diri dari pertemanan, dan lebih memilih menonton televisi atau mengerjakan PR, setelah pulang sekolah.
Dia sebenarnya ingin juga dikhitan tapi takut meminta izinnya dari orang tua. Karena di tempatnya tinggal, jika ada orang keturunan Tionghoa dikhitan biasanya karena menjadi mualaf. 


Dalam hati kecilnya, Alung punya alasan lain untuk dikhitan, yaitu kebersihan, karena sudah mau mengingjak usia remaja tetapi kulit kulubnya masih belum bisa ditarik kebelakang. dan Alung juga merasa bentuknya lebih bagus dan gagah saat membandingkannya dengan teman-temannya. Hal ini disimpannya dalam hati, bahkan menjadi sebuah obsesi.


Akhirnya setelah dewasa dan bekerja dia membulatkan tekad untuk mengkhitankan diri ke sebuah klinik. Setelah sembuh, dia menceritakan hal tersebut kepada teman dekatnya. Dan tentunya tak perl menunggu lama, semua teman-tema masa kecilnya akhirnya mengetahuinya. Dengan menceritakannya dia merasa lega dan merasa bangga. dia merasa diterima di lingkaran pertemanannya.

Sekarang rasa tetekan dan terkucilkan sudah dia bebaskan, bersamaan dengan terbebasnya sang"  burung" dari kulit yang ketat.