Kamis, 20 Juni 2024

Kenangan Mas Kecil Pak Rudi dan Dokter Slamet

Kenangan Mas Kecil Pak Rudi dan Dokter Slamet 

Di sebuah desa kecil yang penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan, hiduplah seorang pria bernama Pak Rudi, dengan tubuh tegap, dan kekar. Pak Rudi adalah seorang petani yang sangat dihormati di desanya. Keramahan, dan selera humornya yang juga luar biasa. Dia terkenal karena kebijaksanaannya,  Badannya yang tegap menandakan dia jga seorang yang rajin bekerja di sawah ataupun ladang. 

Namun, ada satu hal yang selalu membuatnya sedikit malu: dia belum pernah disunat, karena kondisi ekonimi keluarganya  yang tidak mempu melaksanakannya saat Pak Rudi masih muda.
 
Waktu sudah Akil baliq, dia selalu menghindar mandi bersama di sungai, kalaupun terpaksa dia kana mengenakan celana dalam dengan alasa menutupi aurat. 

Saat desa di sungai yang sepi, secara tak sengaja ketika sedang mandi,  teman masa kecilnya yang  sudah lama tak bertemu, datang dan juga mau mandi di sungai. Katanya dia ingin mengenang mandi di Sungai, padahal di rumahnya sudah ada MCk yang memadai. Teman masa kecilnya yang menjadi dokter di puskesmas desa, karena Pak Rudi dalam kondisi sedang mandi, maka terlihat juga bagian vitalnya yang ternyata masih tertutup kulit kulub. Dengan kejadian ini, rahasianya menjadi ketahuan oleh rekan kecilnya, Pak Slamet. Namun Pak Slamet tetap tenang, dan tidak memperlihatkan tanda heran, karena dia sudah terbiasa sebagai dokter. 
 
Keesokan hari, Pak Rudi memutuskan sudah saatnya dia menjalani sunat. Dengan semangat tinggi, tetapi sedikit malu, dia mengunjungi Pak Dokter Slamet di klinik pribadinya, satu-satunya dokter di desa itu. Pak Dokter, yang juga temannya sejak kecil, menyambut Pak Rudi dengan senyum lebar.

"Hallo  Rud, apa yang membawa Anda kemari, ada keluhan apa?" tanya Pak Dokter sambil tertawa kecil.menyambut dengan hangat.

Pak Rudi menjawab dengan sedikit malu, "Dok, saya ingin sunat."

Pak Dokter terkejut dan mencoba menyembunyikan tawanya. "Wah,  Rud, ini keputusan yang berani, sunat dewasa cukup sakit loh! 
"Iya, karena kemarin kamu melihatnya, jadi saya malu"
Tidak masalah, kita bisa atur jadwalnya. 
"Hari ini saja, bisa kan?"
"yakin hari ini?"tanya dokter Slamet meyakinkan
Bagaimana dengan minggu depan?"

Pak Rudi sedikit ragu,"saya sudah coba atur jadwal nya hari ini dok, kebetulan kan sudah panen jadi lagi tidak ada kegiatan di sawah" 

Karena dokter Slamet, teman semasa kecilnya, maka pak Rudipun tanpa ragu membuka celananya saat sudah di ruang pemeriksaan. Sambail menggoda, sambil mengenang masa kecil kita mandi di sungai, saya juga akan bukan celana. sambil agak heran, Pak Rudi pun akhirnya melihat bentuk penis temannya yang sudah disunat. Dia malah jadi lebih menguatakn tekad untuk melakukan sunat. 
"wah, bentuknya jadi bagus yah, ingat dulu waktu kita mandi bersama , kita masih sama-sama punya kulit penutup"
" Sabar kawan, sebentar lagi juga bentkmu akan seperti ini" ujar dokter Slamet menghibur

dan suasana pun menjadi cair, mereka tertawa ringan mengenang masa kecil mereka.

"Santai saja, yah Rud. Ini akan cepat dan tidak terlalu 

sakit," kata Pak Dokter menenangkan.

Proses sunat pun dimulai. disaksikan dua penis yang terekspos bebas.

Akhirnya proses berjalan lancar, dan untuk mengenang hari ini, mereka berfoto sambil menekan sarung. Dan masing-masng menyimpan foto tersebt sebagai kenangan bersama.

Custom Search

Selasa, 11 Juni 2024

Mandi di Pancuran, Menepis Kabar Burung

Custom Search


Mandi di Pancuran, Menepis Kabar Burung



Mandi di pancuran adalah pengalaman yang menyegarkan dan saat ini jarang sekali untuk didapatkan. Selain manfaat fisiknya, mandi di pancuran juga memberikan kesempatan untuk terhubung dengan alam dan merasakan kedamaian batin yang mendalam. KAaena pemandian pancuran ini biasnaya tidak beratap dan langsung berad di alam.

Mandi di pancuran di perkampungan merupakan hal yang  biasa, meskipun sekarang sudah jarang ditemukan pemandingan dengan model pancuran, apalagi pancuran  komunal. Pancuran  yang saya maksud adalah pipa yang salah satunya membuat air di bak penampungan mengalir  untuk mandi atau keperluan mencuci.

Pada pancurna pribadi, air mengalir dari bak penampungan, terdapat dalam satu ruang untuk mandi 
seorang diri. Sedangkan pada pancuran  komunal, satu bilik biasanya terdapat beberapa pancuran, yang memang bisa digunakan bersama. Hanya dipisahkan berdasarkan gender, bilik untuk pria dan bilik untuk wanita. Jadi  dalam satu bilik ada lebih dari satu pancuran yang dapat digunakan bersama oleh sesama gender.

Pada masa remaja, saya sempat beberapa kali mandi dipancuran privat dan sempat juga mengalami mandi di pancuran komunal. Pada  saat itu, memang masih banyak pancuran-pancuran seperti ini di pedesaan. Namun saya tidak berani untuk melepas semua pakaian saya terutama celana dalam, meskipn dalam bilik itu tidak ada orang lain dan bilik tersebut adalah bilik untuk pria. Ada alasan tersendiri yang membuat saya malu, meskin teman atau warga lainnya terbiasa dengan mandi tanpa busana. 

Seingat saya, terakhir kali saya mandi di pancuran adalah ketika melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa di kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Itupun bentuknya sudah pancuran pribadi yang dimiliki oleh sepasang kakek dan Nenek di desa tersebut. 

Sebenarnya di posko tempat kami tinggal tersedia kamar mandi yang layak, hanya jika ada kegiatan pagi, 
terkadang kami perl berebutan memakainya. Sempat rekan mahasiswi bertanya, mengapa kalian yang pria tidak mandi bersama saja?" serentak usul ini, dibantah oleh kami berlima para mahasiswa yang ada di posko tersebut, termasuk saya.

Bagi kaum adam yang sudah Akil Baliq, tentu merasa sebuah hal yang tidak biasa untuk mandi bersama, apalagi tanpa busana. Sungguh seuatu keadaan yang sangat saya hindari, termask teman-teman pria yang lain. Walaupn secara teori bentuk yang kam adam miliki sama, tetap saja ada rasa malu dan aneh jika mandi bersama tanpa busana.

Memang ada rahasia besar yang saya sembunyikan, apalagi  ketika mandi bersama, saya akan merasa minder. Jika memang terpaksa harus mandi bersama, saya akan memilih mandi terakhir atau pertama dan berusaha berada di posisi paling ujung.

Hal ini tentu untuk menghindari agar aurat saya tidak terlihat. Hal ini karena saya masih meiliki kulit kulub. Jika ada rekan yang bertanya, tentu saya akan menjawab saya sudah disunat. Meski sering kali mereka merasa curiga, karena teman-teamn saya dengan bebasnya saling melihat dan bahkan meperlihatkannya kepada yang lain. Hal yang lebih parah terkkadang mereka juga membandingan ukuran yang meraka punya, jadilah bilik pancuran sebagai ajang kompetisi dan pamer.

Bertahun-tahun kebohongan ini, menjadi rahasia. Sampai pada akhirnya saya memberanikan diri untuk disunat pada usia dewasa, saat saya meranta ke kota. Saya pergi ke klinik sendiri tanpa ada teman yang mengetahui. 

Dan saat kembali ke kampung halaman, dan ingin mandi dipancuran, saya akan melangkah dengan percaya diri. Sempat ketika bar beebrap hari, kebetlan saya mandi bersma teman masa kecil dan dengan cepatnya dia mendekat untuk melihat organ di antara kedua paha saya. Entah apa yang ada dipikirannya, mungkin hanya ingin memastikan kabar burng yang selama ini beredar tentang saya. Meski sedikit terkejut, saya berusaha menyembnyikannya dan dengan percaya diri membiarkan teman saya untuk melihatnya dengan jelas. Hal ini saya biarkan, untk  menepis kabar burung yang selama ini beredar.