Selasa, 11 Juni 2024

Mandi di Pancuran, Menepis Kabar Burung

Custom Search


Mandi di Pancuran, Menepis Kabar Burung



Mandi di pancuran adalah pengalaman yang menyegarkan dan saat ini jarang sekali untuk didapatkan. Selain manfaat fisiknya, mandi di pancuran juga memberikan kesempatan untuk terhubung dengan alam dan merasakan kedamaian batin yang mendalam. KAaena pemandian pancuran ini biasnaya tidak beratap dan langsung berad di alam.

Mandi di pancuran di perkampungan merupakan hal yang  biasa, meskipun sekarang sudah jarang ditemukan pemandingan dengan model pancuran, apalagi pancuran  komunal. Pancuran  yang saya maksud adalah pipa yang salah satunya membuat air di bak penampungan mengalir  untuk mandi atau keperluan mencuci.

Pada pancurna pribadi, air mengalir dari bak penampungan, terdapat dalam satu ruang untuk mandi 
seorang diri. Sedangkan pada pancuran  komunal, satu bilik biasanya terdapat beberapa pancuran, yang memang bisa digunakan bersama. Hanya dipisahkan berdasarkan gender, bilik untuk pria dan bilik untuk wanita. Jadi  dalam satu bilik ada lebih dari satu pancuran yang dapat digunakan bersama oleh sesama gender.

Pada masa remaja, saya sempat beberapa kali mandi dipancuran privat dan sempat juga mengalami mandi di pancuran komunal. Pada  saat itu, memang masih banyak pancuran-pancuran seperti ini di pedesaan. Namun saya tidak berani untuk melepas semua pakaian saya terutama celana dalam, meskipn dalam bilik itu tidak ada orang lain dan bilik tersebut adalah bilik untuk pria. Ada alasan tersendiri yang membuat saya malu, meskin teman atau warga lainnya terbiasa dengan mandi tanpa busana. 

Seingat saya, terakhir kali saya mandi di pancuran adalah ketika melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa di kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Itupun bentuknya sudah pancuran pribadi yang dimiliki oleh sepasang kakek dan Nenek di desa tersebut. 

Sebenarnya di posko tempat kami tinggal tersedia kamar mandi yang layak, hanya jika ada kegiatan pagi, 
terkadang kami perl berebutan memakainya. Sempat rekan mahasiswi bertanya, mengapa kalian yang pria tidak mandi bersama saja?" serentak usul ini, dibantah oleh kami berlima para mahasiswa yang ada di posko tersebut, termasuk saya.

Bagi kaum adam yang sudah Akil Baliq, tentu merasa sebuah hal yang tidak biasa untuk mandi bersama, apalagi tanpa busana. Sungguh seuatu keadaan yang sangat saya hindari, termask teman-teman pria yang lain. Walaupn secara teori bentuk yang kam adam miliki sama, tetap saja ada rasa malu dan aneh jika mandi bersama tanpa busana.

Memang ada rahasia besar yang saya sembunyikan, apalagi  ketika mandi bersama, saya akan merasa minder. Jika memang terpaksa harus mandi bersama, saya akan memilih mandi terakhir atau pertama dan berusaha berada di posisi paling ujung.

Hal ini tentu untuk menghindari agar aurat saya tidak terlihat. Hal ini karena saya masih meiliki kulit kulub. Jika ada rekan yang bertanya, tentu saya akan menjawab saya sudah disunat. Meski sering kali mereka merasa curiga, karena teman-teamn saya dengan bebasnya saling melihat dan bahkan meperlihatkannya kepada yang lain. Hal yang lebih parah terkkadang mereka juga membandingan ukuran yang meraka punya, jadilah bilik pancuran sebagai ajang kompetisi dan pamer.

Bertahun-tahun kebohongan ini, menjadi rahasia. Sampai pada akhirnya saya memberanikan diri untuk disunat pada usia dewasa, saat saya meranta ke kota. Saya pergi ke klinik sendiri tanpa ada teman yang mengetahui. 

Dan saat kembali ke kampung halaman, dan ingin mandi dipancuran, saya akan melangkah dengan percaya diri. Sempat ketika bar beebrap hari, kebetlan saya mandi bersma teman masa kecil dan dengan cepatnya dia mendekat untuk melihat organ di antara kedua paha saya. Entah apa yang ada dipikirannya, mungkin hanya ingin memastikan kabar burng yang selama ini beredar tentang saya. Meski sedikit terkejut, saya berusaha menyembnyikannya dan dengan percaya diri membiarkan teman saya untuk melihatnya dengan jelas. Hal ini saya biarkan, untk  menepis kabar burung yang selama ini beredar.

Tidak ada komentar: