Rabu, 28 Juli 2010

8 METODE SUNAT

Dulu, sunat dilakukan oleh seorang dukun yang oleh masyarakat Betawi disebut bengkong. Ia memotong kulup dengan menggunakan benda tajam, seperti silet, pisau, atau sembilu alias kulit bambu. Darah yang keluar akibat sayatan dibiarkan sampai berhenti dengan sendirinya. Untungnya, seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya teknologi kedokteran, prosesi sunat yang selama ini dianggap menyeramkan, menyakitkan, dan banyak mengeluarkan darah sudah ditinggalkan.

Tentu saja peralatan kedokteran yang digunakan untuk bedah minor sunat harus memenuhi standar kesehatan. Sedangkan metodenya, , hingga kini terhitung ada 8 yang masing-masing memiliki keunggulan dan mungkin kekurangan. Pilihan sepenuhnya tentu ada di tangan Anda.

1. Konvensional

Metode ini menggunakan peralatan bedah minor. Setelah dipotong, kulup dijahit guna menghentikan perdarahan. Tepi-tepi luka dirapatkan supaya cepat sembuh dan hasil sunat terlihat rapi. Meski makan waktu sekitar 30 menit - 1 jam, anak yang disunat tidak akan merasakan sakit selama proses pemotongan maupun penjahitan karena sebelumnya sudah mendapat anastesi/bius lokal ataupun umum terlebih dahulu. Setelah 3-4 hari luka operasi biasanya kering.

2. Cauter

Awam kerap salah kaprah menganggap electro cauter identik dengan metode laser. Padahal keduanya berbeda meski prinsip kerjanya sama, yaitu memanfaatkan panas untuk memotong.

Teknik ini menggunakan kawat berenergi panas yang dihasilkan electro cauter. Kelebihannya dibanding metode konvensional, proses pengerjaan lebih cepat karena minimnya pendarahan. Waktu pengerjaannya sekitar 15-30 menit tanpa rasa sakit yang berlebih. Metode ini juga memudahkan proses penyembuhan luka yang lazim dialami usai khitan asalkan alat-alat yang dipakai dan proses pengerjaannya steril serta anak terjaga kebersihannya.

3. Sinar laser

Proses pengerjaan maupun penyembuhan sunat dengan metode ini terbilang paling cepat dibanding metode lainnya. Untuk menyunat butuh waktu 3-20 menit. Metode ini sama sekali tidak menggunakan obat bius karena justru akan memperlama proses sembuhnya. Dokter yang menangani harus memegang lisensi khusus untuk pengoperasian peralatan sinar laser. Klinik-klinik kecil yang menawarkan sunat laser, kebanyakan sebetulnya hanya menggunakan pisau panas berbentuk pistol atau cauter yang sering salah dipromosikan sebagai pisau laser.

4. Smart Clamp

Sunat dengan metode ini juga terbilang praktis dan sederhana. Alat yang digunakan dinamai smart clamp, berbentuk tabung yang besarnya tergantung pada besarnya alat vital. Smart clamp cukup dipasang di bagian yang hendak disunat kemudian alat ini akan mengunci secara mekanis.

Sesudahnya, pasien dapat langsung mengenakan celana, tetapi baru diperbolehkan mandi setelah dua hari pemasangan alat tersebut. Dalam 5-7 hari, smart clamp bisa dilepas dan proses sunat pun selesai. Dengan metode ini, anak masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa tanpa terganggu rasa nyeri dan perdarahan. Metode ini kabarnya aman bagi penderita diabetes.

5. Tara Clamp

Metode ini menggunakan sebuah alat yang terbuat dari plastik untuk menjepit preputium atau kulup. Sayangnya, alat yang diproduksi di negara tetangga ini memiliki kelemahan. Di antaranya clamp bisa lepas sewaktu-waktu dan kurang nyaman dipakai.

6. Mangkuk

Metode ini hanya cocok diterapkan pada balita atau anak yang pembuluh darah di kulupnya (preputium) kecil. Dengan metode ini, mau tidak mau harus ada proses penjahitan jika terjadi perdarahan.

7. Lonceng

Dengan metode ini tidak ada pemotongan preputium. Kulup hanya diikat dengan tali agar jaringannya kemudian mati dan lepas dari jaringan sehat. Sayangnya, metode ini butuh waktu cukup lama, sekitar 2 mingguan. Alat ini diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.

8. Cincin

Oleh penemunya, Sofin Hadi lulusan Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, sunat metode cincin dijuluki khitan "tanpa jahitan, tanpa perban, dan tidak berdarah". Banyak digemari karena prosesnya cepat, lukanya cepat sembuh, hasilnya lebih rapi, teknologinya ramah lingkungan, dan biayanya jauh lebih murah. Setelah disunat, anak bisa langsung bebas beraktivitas, kecuali berendam di dalam air.

Cincin dipasang untuk menjepit kulup. Dengan demikian peredaran darah tersumbat dan akibatnya ujung kulit penis mengecil kemudian mati dan nantinya terlepas sendiri.

Gazali Solahuddin/berbagai sumber. Foto: Ferdi/nakita

Sumber : http://www.tabloid-nakita.com/Khasanah/khasanah08384-03.htm


Custom Search

Tidak ada komentar: